SAFIN : HARAP GENERASI MUDA MAU JADI PETANI

Rabu, 18 Nov 2020 | 13:50:19 WIB - Oleh Administrator


Wakil Bupati Pati, Saiful Arifin berpesan,  petani jangan  hanya fokus untuk menanam satu komoditi saja namun juga harus memikirkan kondisi lahan. "Kita harus sering mencoba dan memberikan pemahaman kepada petani, kalau petani tahu hasilnya tentu bisa menjadi alternatif komoditas tanam", katanya pada Pelepasan Ekspor Kacang Tanah dari Gudang Stuffing PT Guna Nusa Era Mandiri, Mandiri Jalan Raya Pati Gabus, Desa Mustokoharjo, Kecamatan Pati.

Lebih lanjut Wabup menjelaskan, saat ini bahan baku kacang tanah, untuk PT Guna Nusa Era Mandiri sebagian besar masih didapat dari petani luar Kabupaten Pati. Karena itu, petani Kabupaten Pati yang dulunya konsen menanam ketela, jagung, dan tebu diharapkan juga dapat menyisihkan lahannya untuk menanam kacang tanah.

“Kami harap, Branch Manager PT. Guna Nusa Era Mandiri sebagai eksportir produk kacang tanah dapat memberi bimbingan kepada para petani, seperti misalnya terkait prosedur penanaman hingga panen agar mendapat hasil yang maksimal,” terangnya. Dan dengan adanya ekspor ini petani mendapatkan hasil yang maksimal.

Selain itu, Safin berharap generasi muda juga mau menjadi petani, dan jangan sampai yang bertani hanya orang tua saja.

"Regenerasi petani, diharapkan bisa memberikan nilai lebih terutama dalam mengimplementasikan teknologi pertanian modern. Jadi pemuda harus bangga ketika menjadi petani, tetapi tentunya petani yang memiliki pengalaman yang luas", tegasnya.

Pada kesempatan tersebut, Candra Kristianto, Branch Manager PT Guna Nusa Era Mandiri mengungkapkan perusahaan ingin menjajaki petani kacang tanah di Kabupaten Pati. Dan berharap, bisa menggandeng petani muda yang tentunya lebih energik dengan hal-hal baru. Juga akan menggandeng stake holder lain seperti akademisi dan lain sebagainya. Sehingga dalam penyiapan bibit, pengolahan tanah hingga pasca panen bisa maksimal. Disamping itu mendorong petani tradisional untuk bisa memiliki daya saing, sehingga petani juga mau menerapkan teknologi pada proses tanam hingga panen.

"Sebab akan sangat sulit, ketika petani masih menggunakan cara tradisional, tentu harga produksi petani akan lebih mahal ketimbang menggunakan cara modern yang memiliki biaya rendah", jelasnya.