Upacara Harkitnas ke 110, Bupati Pati membacakan Pesan Menkominfo

Senin, 21 Mei 2018 | 09:37:02 WIB - Oleh Administrator


Bertempat di halaman Setda Kabupaten Pati, telah berlangsung Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110.

Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Bupati Pati Haryanto, dengan Perwira Upacara adalah Indriyanto Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Pati dan sebagai Komandan Upacara, Luky Pratugas Narimo Kepala Bidang e-Goverment pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kaupaten Pati.

Turut hadir dalam upacara Wakil Bupati, Dandim 0718, Kapolres, Kepala Pengadilan, Kepala Kejaksaan, Kepala Pengadilan Negeri, Kepaka Pengadilan Agama, Sekda Kabupaten Pati, Kepala Dinas Organisasi Perangkat Daerah se-Kabupaten Pati dan perwakilan Aparatur Sipil Negara dari beberapa Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pati.

Dalam Upacara Bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke 110, Bupati Pati membacakan Sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika RI, sebagai berikut :

Assalamualaikum wr, wb

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera, SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA,

Om Swastiastu

Namo Buddhaya

Salam Kebajikan,

 

Saudari-saudara peserta upacara yang saya hormati,
Ketika rakyat berinisiatif untuk berjuang demi meraih kemerdekaan dengan membentuk berbagai perkumpulan, lebih dari seabad lalu, kita nyaris tak punya apa-apa. Kita hanya memiliki semangat dalam jiwa dan kesiapan mempertaruhkan nyawa. Namun sejarah kemudian membuktikan bahwa semangat dan komitmen itu saja telah cukup, asalkan kita bersatu dalam cita-cita yang sama kemerdekaan bangsa.

Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita yang sangat mulia namun pada saat yang sama tantangan yang Maha Kuat menghadang di depan. Boedi Oetomo memberi contoh bagaimana dengan berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal muasal primordial akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme yang menjadi bahan bakar utama kemerdekaan.

Boedi Oetomo menjadi salah satu penanda utama bahwa bangsa Indonesia untuk pertama kali menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan. Presiden Pertama dan Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno, pada peringatan Hari.

Kebangkitan Nasional tahun 1952 mengatakan bahwa: “Pada hari itu kita mulai mamasuki satu cara baru untuk melaksanakan satu ‘ide, satu naluri pokok daripada bangsa Indonesia. Naluri pokok ingin merdeka, naluri pokok ingin hidup berharkat sebagal manusia dan sebagal bangsa. Cara baru itu ialah cara mengejar sesuatu maksud dengan alat organisasi politik, cara berjuang dengan perserikatan dan perhimpunan politik, cara berjuang dengan tenaga persatuan.”

Para pendahulu yang berkumpul dalam organisasi-organisasi seperti Boedi Oetomo itu memberikan yang terbaik bagi terbentuknya bangsa melalui organisasi. Bukan pertama-tama dengan memberikan harta atau senjata, melainkan dengan komitmen sepenuh jiwa raga. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana saat itu, mereka terus menghidup-hidupi api nasionalisme dalam diri masing-masing.

Seratus sepuluh tahun kemudian bangsa ini telah tumbuh menjadi bangsa yang besar dan maju, sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Meski belum sepenuhnya sempurna, rakyatnya telah menikmati hasil perjuangan para pahlawannya berupa meningkatnya perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Keringat dan darah pendahulu bangsa telah menjelma menjadi hamparan permadani perikehidupan yang nyaman dalam rengkuhan kelambu kemerdekaan.

Kalau sekarang bangsa ini punya hampir segaIa yang dibutuhkan, seharusnya kita berinspirasi bahwa dengan kondisi embrio bangsa seabad lalu yang berada dalam rundungan kepapaan pun, kita telah mampu menghasilkan energi yang dahsyat untuk membawa kepada kejayaan. Apalagi kini, ketika kita jauh lebih siap, tak berkekurangan dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,
Butir kelima dan‘ Nawacita Kabinet Presiden Joko Wudodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berisi visi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan petatihan. Pada awal tahun ini, visi tersebut mendapat penekanan lebih melalui amanat Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa pemerintah akan meningkatkan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pada tahun 2019, melanjutkan percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pada tahun-mhun sebelumnya. Melalui pembangunan manusia yang terampil dan terdidik, pemerintah ingin meningkatkan daya saing ekonomi dan secara simultan meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya.

Bayangkan jika kita sepenuhnya berhasil membangun sumber daya manusia unggul dad seiumh dari 260-an juta lebih penduduk negeri ini. Bercermin dari keberhasilan Boedi Oetomo menggalang lde nasionalisme mulai dengan segelintir orang seabad lalu,
maka apa jadinya jika seluruh sumber daya manusia unggul kita saat ini berhimpun dalam ide nasionalisme yang sama, dalam cita-cita untuk kejayaan bangsa yang sama?

Kekayaan alam merupakan sumber daya yang terbatas. Butuh segudang prasyarat untuk bisa diekspioitasi, dan selalu ada limit untuk menggenjot pemanfaatannya. Sedangkan sumber daya manusia kita menyediakan kapasitas dan kapabiiitas yang sangat iuas untuk dikembangkan. Kebangkitan sumber daya manusia Indonesia secara bersama-sama dan kompak, tanpa terdistraksi oieh godaan-godaan yang kontraproduktif, akan membawa kepada kejayaan bangsa, seiain secara otomatis bagi individu-individunya sendiri.

Olen sebab ltu tema ‘PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA MEMPERKUAT PONDASI KEBANGKIT AN NASIONAL INDONESIA DALAM ERA DIGITAL” dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2018, ini harus dimaknai dengan upaya~ upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia, untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri yang dibuka oieh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, badan usaha, maupun masyarakat sendiri. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia juga harus diletakkan dalam konteks pemerataan dalam pengertian kewiiayahan, agar bangsa ini bangkit secara bersama-sama dalam kerangka kebangsaan Indonesia.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,
Bung Karno juga menggambarkan persatuan bangsa seperti layaknya sapu lidi. Jika tidak diikat, maka lidi tersebut akan tercerai berai, tidak berguna dan mudah dipatahkan. Tetapi jikalau lidi-Iidi itu digabungkan, diikat menjadi sapu, mana ada manusia bisa mematahkan sapu iidi yang sudah terikat?

Gambaran tersebut aktual sekaii pada masa sekarang ini. Kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disuguhi hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puiuhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut.

Padahal inilah masa yang sangat menentukan bagi kita. Inilah era yang menuntut kita untuk tidak buang-buang waktu demi mengejar ketertinggaian dengan bangsa-bangsa lain. Momentum sekarang ini menuntut kita untuk tidak buang-buang energi untuk bertikai dan iebih fokus pada pendidikan dan pengembangan manusia Indonesia.

Menurut perhitungan para ahli, sekitar dua tahun iagi kita akan memasuki sebuah era keemasan dalam konsep kependudukan, yaitu bonus demografi. Bonus demografi menyuguhkan potensi keuntungan bagi bangsa karena proporsi penduduk usia produktif lebih tinggi dibanding penduduk usia non-produktif. Menurut perkiraan Badan Pusat Statistik, rentang masa ini akan berpuncak nanti pada tahun 2028 sampai 2031, yang berarti tinggal 10-13 tahun lagi. Pada saat itu nanti, angka ketergantungan penduduk diperkirakan mencapai titik terendah, yaitu 46,9 persen.

Proyeksi keuntungan bonus demografl itu akan tinggal menjadi proyeksi jika kita tak dapat memaksimalkannya. Usia produktif hanya akan tinggal menjadi catatan tentang usia daripada catatan tentang produktivitas, jika mutu sumber daya manusia produktif pada tahun-tahun puncak bonus demografi! tersebut tidak dapat mengungkit mesin pertumbuhan ekonomi.

Oleh sebab itu Bapak Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan selalu mendorong dunia pendidikan, bekerja sama dengan industri dan bisnis, untuk mencari terobosan-terobosan baru dalam pendidikan vokasi. Jurusan-jurusan baru, baik di tingkat pendidikan tinggi maupun juga di tingkat menengah, yang berkaitan dengan keahlian dan ilmu terapan, harus selalu diciptakan untuk memasok industri akan tenaga terampil yang siap kerja.

Saudari-saudara sebangsa dan setanah-air,
“Generasi bonus demografi” yang kebetulan juga beririsan dengan “generasi millenial” kita tersebut, pada saat yang sama, juga terpapar oleh massifnya perkembangan teknologi, terutama teknologi digital. Digitalisasi di berbagai bidang ini juga membuka jendela peluang dan ancaman yang sama. Ia akan menjadi ancaman jika hanya pasif menjadi pengguna dan pasar, namun akan menjadi berkah jika kita mampu menaklukkannya menjadi pemain yang menentukan Iansekap ekonomi berbasis digital dunia.

Alhamdulillah, kita mencatat bahwa tak sedikit anak muda kreatif yang mampu menaklukkan gelombang digitalisasi dengan cara mencari berkah di dalamnya. Internet, media sosial, situs web, layanan multimedia aplikasi ponsel, mereka jadikan Iadang baru buat berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas. Banyak kreator konten dan pengembang aplikasi Indonesia yang mendunia, mendapatkan apresiasi baik material maupun non-material.

Oleh sebab itu, marilah bersama-sama kita jauhkan dunia digital dari anasir-anasir pemecah-belah dan konten-konten negatif, agar anak-anak kita bebas berkreasi, bersilaturahmi, berekspresi, dan mendapatkan manfaat darinya. Tidak ada satu pihak yang tanggung jawabnya lebih besar daripada yang lain untuk hal lni. Pepatah Aceh mengatakan: Pikulan satu dipikul berdua, rapat-rapat seperti biji timun suri. Artinya kira-kira: Kita harus menjaga persatuan dalam memecahkan masalah, harus berbagi beban yang sama, merapatkan barisan, jangan sampai terpecah-belah. Demikian juga, dalam konteks menghadapi digitalisasi ini, kita semua harus dalam irama yang “impak dalam memecahkan masalah dan menghadapi para pencari masalah.

Saudari - saudara sebangsa dan setanah – air , dulu kita bisa, dengan keterbatasan akses pengetahuan dan informasi, dengan keterbatasan teknologi untuk berkomunikasi, berhimpun dan menyatukan pikiran untuk memperjuangkan kedau‘atan bangsa. Seharusnya sekarang kita juga bisa, sepikul berdua, menjaga dunia yang serbadigital ini, agar menjadi wadah yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti, yang seimbang dengan pengetahuan dan keterampilan generasi penerus kita.

Selamat Hari Kebangkitan Nasional ke-110. Mari maknai peringatan tahun ini di lingkungan kita masing-masing, sesuai Iingkup tugas kita masing-masing, untuk semaksimal mungkin memfasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia, terutama generasi muda, yang akan membawa kepada kejayaan bangsa di tahun-tahun mendatang. “Terima kasih. Bangkit Indonesia”.

Wassalamualaikum wr, wb.

Om Shanti Shantishanti Om.

 

Sumber : https://www.patikab.go.id